Refleksi Milad 109: 5 Fase Muhammadiyah Watulimo

Pengajian Umum Pimpinan Cabang Muhammadiyah Watulimo, dalam rangka Milad Muhammadiyah ke 109, digelar Jum’at (26/11) di Halaman Asrama Putri MBS Haji Suyoto Watulimo.

Dalam refleksi milad tersebut, Drs. Warjito, S.Pd.M.Pd.I. selaku Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Watulimo memberikan sambutan, sesuai dengan tema yang diambil dalam refleksi Milad ke 109 Optimis Hadapi Covid-19, Menebar Nilai Utama” ini berarti berkhidmat untuk kemaslahatan umat dan kemajuan bangsa.

“Kurang lebih selama 2 tahun ini kita tidak melaksanakan pengajian seperti ini, karena pandemi covid-19. Insya Allah kita optimis covid-19 hilang dari Watulimo, sehingga kita bisa melaksanakan dan melanjutkan agenda besar kita.” Ungkap ketua PCM.

Ia juga menyampaikan bahwa Persyarikatan Muhammadiyah dilahirkan untuk bermanfaat bagi ummat Islam dan bangsa Indonesia tanpa kecuali, maka cukup ironi jika masih ada yang menganggap dan meragukan nasionalisme dan sumbangsih persyarikatan Muhammadiyah untuk negara.

Tidak hanya itu, kepala MTs Muhammadiyah Watulimo tersebut juga menyampaikan perkembangan Muhammadiyah Watulimo yg terbagi menjadi lima fase.

Pertama, Fase pertumbuhan. fase ini masa awal berdirinya Muhammadiyah Watulimo. istilah jawanya masih “babat alas” Dan inilah masa sulit yg membutuhkan perjuangan lebih.

Kedua, Fase perkembangan. dimasa ini Muhammadiyah sudah mulai masuk ke pelosok-pelosok di beberapa wilayah Watulimo dan berdiri beberapa Ranting serta masjid Muhammadiyah.

Ketiga, Fase ke Emasan. Muhammadiyah banyak mendirikan Amal Usaha dalam bidang Pendidikan tidak kurang dari 6 MIM, 1 MTs, 1 SMP, SMA, MA dan SMK dengan kualitas yang cukup baik. Salahsatunya berkat semangat Haji Suyoto yang pada waktu banyak mewakafkan tanahnya untuk Muhammadiyah dan digunakan membangun sekolah serta Masjid Muhammadiyah.

Keempat, fase tantangan. Banyak sekolah yg siswanya menurun, bahkan sampai ada yg dibubarkan beberapa kegiatan jamaah ranting semakin surut dan tidak kompak.

Kelima, saat ini kita berada pada fase bangkit kembali. Ortom mulai bergeliat, amal usaha pendidikan (sekolah) mulai berbenah dan bangkit kembali, bahkan kita juga memiliki pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School yg kita beri nama MBS Haji Suyoto Watulimo, mengenang atas jasa salah satu tokoh Muhammadiyah di masa keemasan muhammadiyah watulimo waktu itu yaitu Haji Suyoto.

Dalam kesempatan milad kali ini mauidhoh khasanah atau pengajian umum di Isi oleh Ust. Anang Wahid Cahyono, Lc. MH.I.

Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Trenggalek yang membidangi Majelis Perkaderan (MPK) tersebut dalam ceramahnya menyampaikan bahwa usia Muhammadiyah saat ini sudah tidak muda lagi serta banyak tantangan.

“109 tahun adalah usia yg sudah tua bahkan lebih tua dari negara dan usia kita saat ini. Tapi satu hal yg laur biasa dari Muhammadiyah semakin tua bukanya tambah loyo tapi tambah semangat dan menebar manfaat jauh lebih luas. Banyak berdiri Universitas bahkan sampai luar negeri, dimana-mana mulai banyak Pesantren-pesantren Muhammadiyah seperti MBS Haji Suyoto Watulimo, seharusnya kita sebagai warga muhammadiyah dan ummat Islam juga demikian semakin tua umur kita maka seharusnya semakin rajin untuk beribadah, berinfaq dan shodaqoh, bukanya malah semakin loyo, mengingat ajal yg semakin dekat maka kita harus tingkatkan amal ibadah dan amal sholeh kita sebagai bekal menuju akhirat kelak” Ungkap ustadz Anang

“Tidak cukup hanya itu kita juga harus fastabiqul Khairat berlomba-lomba dalam setiap kebaikan”. Imbuhnya

Refleksi milad Muhammadiyah ini juga dimeriahkan Gebyar Kreasi Seni dari para santri MBS Haji Suyoto Watulimo, mulai dari penampilan teatrikal, seni tapak suci, paduan suara sampai hafalan Al-Qur’an dan Pembagian hadiah bagi santri yang berprestasi. (ANK)