Khutbah Pertama:
الحمد لله الذي أمر بالتقوى، وجعلها سببا للفلاح والنجاح، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد:
Jama’ah Jumat yang dirahmati Allah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena hanya dengan takwa kita akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pada kesempatan ini, marilah kita membahas mengenai pentingnya mempersiapkan anak-anak kita agar tidak tergesa-gesa dalam memasuki pernikahan sebelum matang secara mental, biologis, dan spiritual.
Menikah adalah salah satu sunnah Rasulullah ﷺ, namun bukan berarti setiap orang harus terburu-buru untuk melakukannya tanpa persiapan yang matang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surah An-Nur ayat 32:
وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
“Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Ayat ini menunjukkan pentingnya kesiapan mental, fisik, dan spiritual dalam pernikahan. Kedewasaan seorang anak harus dibentuk sejak dini, agar mereka mampu menghadapi berbagai ujian dan tantangan dalam kehidupan rumah tangga. Generasi unggul dimulai dari bibit unggul, dan demikian juga dalam membangun rumah tangga yang harmonis dan sakinah.
Kedewasaan dalam Dua Aspek Utama
Jama’ah yang dimuliakan Allah,
Kedewasaan seseorang tidak hanya diukur dari usia, tetapi juga dari dua aspek penting: kedewasaan mental dan kedewasaan dalam ilmu agama. Kedewasaan mental diperlukan agar seseorang mampu berpikir bijak, tenang, dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan besar seperti pernikahan. Rasulullah ﷺ bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ، مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
“Wahai para pemuda, siapa yang mampu di antara kalian untuk menikah, maka menikahlah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun, dalam hadits ini terdapat syarat penting, yaitu “siapa yang mampu”. Kemampuan di sini bukan hanya kemampuan finansial, tetapi juga kemampuan mental dan spiritual. Seorang pemuda atau pemudi harus memiliki kesiapan diri dalam menghadapi tantangan rumah tangga yang tidak ringan.
Ilmu agama juga merupakan bekal yang sangat penting dalam pernikahan. Rumah tangga tidak hanya tentang materi, tetapi juga tentang bagaimana menjadikan rumah tangga sebagai tempat ibadah dan ladang pahala. Dalam kehidupan berumah tangga, ada banyak ujian yang akan datang, baik dari dalam diri pasangan maupun dari luar. Ilmu tentang tuntunan Rasulullah ﷺ sangat diperlukan agar rumah tangga dapat berjalan sesuai dengan syariat Islam.
Khutbah Kedua:
الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين، أما بعد:
Jama’ah Jumat yang dimuliakan Allah,
Kita sebagai orang tua memiliki tanggung jawab besar dalam membimbing anak-anak kita agar mereka tidak tergesa-gesa dalam memasuki pernikahan sebelum mereka matang secara mental dan spiritual. Mempersiapkan mereka agar memahami pentingnya kedewasaan, baik dalam hal mengendalikan diri, memiliki wawasan agama, maupun memahami tanggung jawab dalam membangun rumah tangga.
Sebagai penutup, marilah kita terus mendidik anak-anak kita dengan ilmu yang benar, agar mereka siap menjadi generasi yang kuat, baik secara mental, fisik, maupun spiritual. Hanya dengan generasi yang matang dan unggul, kita dapat membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah, yang akan melahirkan generasi penerus yang beriman dan berakhlak mulia.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada kita semua. Aamiin.
فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ مَا ٱسْتَطَعْتُمْ وَٱسْمَعُوا۟ وَأَطِيعُوا۟ وَأَنفِقُوا۟ خَيْرًۭا لِّأَنفُسِكُمْ ۗ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian, dengarkanlah dan taatilah, serta infakkanlah (harta yang baik) untuk diri kalian. Dan siapa yang dijaga dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At-Taghabun: 16)
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم.
(TIMRED)