kitapemuda.com– Saya Pribadi kadang merasa iri melihat ketum PDPM Trenggalek punya segalanya. Ya begitulah kami menilai ketum Trigus Dodik Susilo. Bukan tanpa alasan, pria kelahiran Watulimo tersebut punya kedekatan tertentu dengan akses di beberapa lembaga NGO, digital creator, trading, pemerintahan dan yang paling utama ia punya kebebasan. Bebas menyampaikan pendapat, kritik kesiapapun karena tidak ada keterikatan apapun dengan lembaga pemerintahan (keterikatan hubungan kerja) . Tentu bagi bapak tiga orang anak ini capaian tersebut tidak diraih dengan “ongkang-ongkang“.
Kemarin Senin, (14/3/22) pukul 20.21 WIB, ia membuat status diakun medsosnya (facebook). Bagi kami membaca status itu “gleges“, paham dengan sifat ketum kami yang sering menggunakan kata dan kalimat “nyenggak” atau motivasi dengan style beda kepada kami di kepengurusan.
Isi statusnya demikian:
Dalam beberapa kesempatan, ketika hendak rapat jajaran pimpinan Pemuda Muhammadiyah Trenggalek, terkadang saya sering merasakan minder. Masih ingat dengan gamblang, 2018 silam, saya didapuk menjadi ketua Pemuda Muhammadiyah Trenggalek, padahal secara perolehan suara, saya kalah jauh dari perolehan Rasyid Al Arifin.
9 pimpinan yang memperoleh suara terbanyak itu berkumpul dalam satu ruangan, termasuk saya, lantas 9 orang ini memilih satu ketua, masih ingat pada waktu itu, tanpa lama-lama, semua orang menunjuk saya dan menyatakan sepakat, tanpa harus meminta pendapat saya terlebih dahulu, kemudian pertemuan dibubarkan dan diumumkan pada hadirin peserta Musyda.
Dikira ini mau bikin konten prank saja, ini ngurus organisasi doooool, .
Dalam sebulan setelah pemilihan itu, saya hanya merasakan stres tak berkesudahan, bagaimana mungkin ketuanya saya, lawong dilihat dari sisi manapun, saya ini lemah. Lemah secara ilmu, lemah secara pangkat, dan lemah secara ekonomi. Apalagi iman, biyuuh, adoh banget.
9 Pimpinan itu di antaranya:
Rasyid Al Arifin (sekretaris) yang kini menjadi kepala sekolah pondok MBS Trenggalek,
Feri Bagus Setiawan (Bid. Ekonomi) merupakan bos perusahaan Fighter Corporation dan juga mantan PIMDA Tapak Suci, kini dia menjadi pendekar
Ibnu Mubarok (Bid. Brutal) sekarang diamanahi menjadi kepala sekolah MIM Kamulan. Dulu Bid. Brutal diketuai Eko Susanto, tapi mundur karena terpilih menjadi ketua HW Trenggalek
Taufik Has Watulimo (Bid. IT) baru saja menjabat sebagai perangkat Desa Gemaharjo, dulu guru MAM Watulimo, pernah jadi PKH, tapi kemudian mengundurkan diri.
Syahril Shidiq (Bid. Organisasi) kini digadang-gadang untuk menjadi kepala sekolah SMKM Watulimo,
Ahmad Nur Kholiq (Bid. Seni & Olahraga) menjadi manager percetakan SAE Watulimo yang juga anak perusahaan Fighter Corporation, selain itu memegang kendali Lazizsmu Watulimo serta salah satu pengembang MBS Watulimo
Jun Ikhsan (Bendahara) adalah kepala sekolah SD Inovatif Trenggalek.
Fahrur Rosi (Komandan Kokam) guru SD Inovatif yang punya jasa besar melahirkan para Qori’ SD Muhammadiyah.
Edy Amilin (Bidang Lingkungan dan Kesehatan) menjadi pengelola Bank Sampah Banksamu Durenan.
Mj Prakoso (Bid. Dakwah) Kepala Sekolah MIM Salamrejo, pinter bahasa jawa dan sering jadi tukang kajat-kajat.
Belum lagi sebagian besar anggota Pemuda Muhammadiyah yang jika dibandingkan dengan saya, ibarat Hiu dan teri, saya terinya.
Kalau rapat, semua pimpinan ini rata-rata membawa roda 4, sedangkan saya masih tetap mengendarai motor vario ijo yang saya beli ketika masih jejaka.
Maka, dalam kesendirian saya sering berharap, semoga Muktamar (pemilunya Pemuda Muhammadiyah) dipercepat saja, kalau bisa akhir tahun ini dilaksanakan, tidak perlu ditunda-tunda sampai tahun depan.
Biarlah Pemuda Muhammadiyah dipegang oleh orang yang benar-benar mampu dan bisa mengembangkannya menjadi besar. Dan saya masih jauh dari kata mampu.
Begitu isi dari status yang kemudian dikomentari oleh teman- teman lain di Facebook. Meskipun kesannya ketum kami mengaku “gak punya apa” sebenarnya dia punya segalanya. Punya akses, komunikasi yang baik, dan “jaringan seng sak arat-arat“. Bahkan seringkali dalam beberapa kesempatan ia mampu memberikan wadah beberapa kelompok- kelompok pemuda “selow” lalu sukses diajaknya berdakwah dengan caranya yang nyleneh. Itulah yang membuat kami iri. (TAUFIK HAS_PDPM)
Leave a Reply