Hujan pertama di awal Oktober 2024 memberikan secercah harapan bagi kehidupan, terutama bagi tanaman yang sudah lama kering kerontang akibat kemarau panjang. Di Trenggalek, musim kemarau telah berlangsung sejak awal tahun, membuat banyak desa mengalami kekeringan. Kondisi ini menyoroti betapa pentingnya air dalam kehidupan manusia, sesuatu yang sering kali baru disadari saat air menjadi langka.
Air adalah kebutuhan dasar yang sangat vital, namun ironisnya, kita sering abai ketika air berlimpah. Ketika hujan turun deras dan air tersedia tanpa batas, manusia cenderung lupa bahwa ada saatnya sumber daya ini bisa mengering. Saat kekeringan tiba, barulah kita menyadari betapa berharganya setiap tetes air.
Para leluhur kita sering mengajarkan tentang pentingnya meninggalkan warisan yang tak hanya berupa harta materi. Warisan yang lebih penting adalah pengetahuan tentang cara mengelola lingkungan dan menjaga keseimbangan alam. Salah satu warisan yang paling berarti adalah memastikan keberlanjutan sumber daya air dengan menanam pohon sebagai penyerapan air dan melestarikan lingkungan yang mendukung siklus air.
Tak ada seorang pun yang ingin anak-anaknya kesulitan mendapatkan air di masa depan. Uang sebanyak apapun tidak akan berarti jika kita harus membeli air setiap hari. Padahal, air adalah sumber daya yang sejatinya bisa kita kelola dengan bijaksana. Penting bagi kita untuk mulai berpikir jangka panjang, memberikan perhatian lebih pada upaya pelestarian lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam, demi masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Dalam menghadapi perubahan iklim dan risiko kekeringan yang semakin tinggi, kesadaran akan pentingnya air harus ditanamkan sejak dini. Menjaga lingkungan, menanam pohon, dan mengelola sumber daya air dengan bijak adalah tanggung jawab kita bersama. Ini bukan hanya tentang kelangsungan hidup kita saat ini, tetapi juga tentang masa depan anak-anak dan cucu kita.
Jangan sampai generasi berikutnya harus hidup dalam kesulitan karena air yang seharusnya menjadi hak dasar mereka berubah menjadi barang yang langka dan mahal. ( TIMRED–TAUFIK)
